Sabtu, 19 Oktober 2013

// // Leave a Comment

TORPOR

Title            : TORPOR
Author       :Abimanyu Surya Nagara | Radenabim
Language   : Indonesian
Part            : 1
Genre         : Deathfic, Mytery
Cast            :  No Cast

Note           : Mohon komentarnya yah.







Semerbak parfum aroma mawar khas Fujiyama tampaknya merengkuh suasana rumah sakit, tepat 1 menit lalu bocah berlabelkan Kuro Bara itu terbelalak waktu yang berhenti. Detak jantung yang ia rasakan semakin meghinakan kecerahan pagi itu seperti menyatukan rahang bawah dan rahang atasnya kuat, matanya tetap terbelalak menyaksikan detik-detik ia mengakhiri penanya. Rasanya seperti dibilas dengan ingatan buruk hidupnya yang menyatu padu menjadi sebuah pemprogamer yang mengontrolnya meneteskan air mata.

“Apa yang harus ku lakukan? Apa aku sampai di sini?”  Ujarnya berteriak tak bersuara, ekspresinya teragu-ragu seolah akan menentukan arahnya. Sesekali ia mencoba memecahkan rahasia garis horizon yang memisah dua dunia itu. Mata kiri menengok ke kanan maka mata kanan menengok ke kiri. Maka jika ia memilih, harusnya yang benar itu adalah salah. Perasaan bocah bertubuh atletik itu tidak karuan ditambah dengan hujatan detik yang menghentikan nafasnya.

“Kuro Bara, kembalilah! Dengarkan aku, kembalilah.”  Ujar seorang gadis bergumam di batas horizon tempat Kuro Bara berdiri. Suara yang tampaknya membuat bocah itu serentak berfikir ulang. Jika dia mendengar maka seharusnya dia tidak mendengar, akhirnya dia memilih untuk tidak menghiraukan. Dan......


“CKLEKK....”
Jarum panjang pendek menyatu terarah pada angka 1 atau bila diterjemahkan tepat pukul 13.00 atau pukul  1 siang.


Tempatnya Kembali atau Datang...
“KEMBALI DATANG, DATANG KEMBALI”

***
“Selamat siang, aku pulang!”  Ujar pria bernama Akarui Shiro lantang dengan mata menatap tajam ruangan di sudut paling  barat rumahnya itu. Ruangan kosong, gelap, dan tak seorang pun berada. Sejak peristiwa kematian kedua orang tuanya karena kecelakaan pesawat 3 tahun lalu, ruangan itu tidak beralih, benda yang sama, tata letak hampir tak tergoyah kecuali jendela yang rutin ditutupnya pada sore hari. Wajah pria itu tampak tolol setiap ia mengucap salam ketika memasuki kediamannya itu, apakah wajar jika ia mengucap salam di rumah yang telah jelas hanya dia yang mendiami?


Name                     :Akarui Shiro

Gender                   :Male

Born                       :4 maret 1999

School                    :Senior High School 13 Shorai

Adrees                    :Block IA, Shi-Tokyo

Age                        :13 th


Deretan tulisan rapi di atas kertas kaku berwarna merah dan hitam yang tadinya tertidur di meja kaca ruang tamu sekarang berpindah pada tangan berkulit cerah itu. Ia faham betul berapa banyak keringat telah ia keluarkan mencapai grade SMA di umurnya yang masih 13th, semua hanya demi orang tuanya. Sekarang hanya tersisa kartu pelajar yang tampak sudah tak berarti.

Tes..

                                Tes...

Tes...

“Kenapa mereka tidak memilih jalan yang tepat? Kenapa mereka sangat bodoh?” Ujarnya menahan seluruh emosinya. Kartu pelajar yang sedari tadi teguh di genggamannya sekarang tampak lembab dan memudarkan tulisan Akarui pada kartu itu karena air matanya.
“Pasti mereka bisa kembali!” ujarnya meyakinkan dirinya untuk teguh, sembari tangannya meraih pensil dalam tas berwarna merah bermerk Kurai itu. Tampak mata tajamnya menatap seluruh penjuru sudut kamarnya, tangannya mulai mencoba mengungkap misteri besar.

Born : 14 juni 1956 diartikan menjadi 14061956 itu berarti 41609156

Fall    : 15 january 2009 diartikan menjadi 15012009 maka 51100290

. . . . .

. . . . . . .

 “Ah entahlah, aku tidak bisa melihat celahnya.”  Ucapnya serentak tatapan tajamnya menghilang. Matanya mencerna waktu, hampir 4 jam telah dia habiskan memikirkan hal yang mungkin tak bercelah, 17.44  tulisan hologram itu tampak mencolok pada jam tangan ungu di pergelangan tangan kiri Akarui. “Apakah memang tak bisa hidup kembali, selain mati suri?” Tak sempat pertanyaannya terjawab terdengar seorang melantunkan salam

“Selamat sore, Ru-chan kau di dalam?” Ujar seseorang yang sepertinya di dekat pintu.
“Ah iya, silahkan masuk Mai-chan!” Sahut pria berkacamata itu mempersilahkan, tampak seorang gadis dengan senyum mengembang terhiasi lesung pipit di sisi kanan pipinya. Gadis yang berlabelkan Amai Egao itu perlahan memasuki ruang tamu yang berubinkan marmer dengan ornamen merpati, seperti telah biasa gadis itu tanpa ragu mengambil tempat duduknya.

“Ru-chan kau tidak sibuk? Kau bisa jalan denganku?” Ujarnya dengan nada yang pas dan dengan tatapan bola mata biru emerald itu.
“Ah, boleh.”  Ujar pria itu dengan senyum manis yang bergingsul di taring kirinya dan tampak mencoba melupakan masalahnya.

       Gedung serba pink dengan ornamen-ornamen ala kebun stawberry meratap di setiap sudut gedung yang biasa disebut cafe ini, atau lebih pantasnya jika disebut cafe strawberry. Sepasang bocah umur 13 tahun itu tampak kebingungan mencari kursi kosong tempat mereka akan bersandar. Tampak meja sudut tenggara pojok menyita perhatian mereka entah kenapa, tanpa berbasa-basi mereka dengan segan menikmati meja nomer 4 itu. Lagu berjudul melodys of life tampak akrab menghiasi suasana cafe serba pink ini. Tampak mereka memulai berbincang...

“Ru-chan!”

“Eh?”

“Ru-chan aku ingin bertanya sesuatu, apakah kau kenal dengan anak yang bernama Kuro Bara?”

“Eh? Kuro Bara? Entahlah! Aku tak pernah mendengar nama itu.” Ujar Akarui dengan dingin, raut wajahnya tampak tidak dapat bertahan dengan Topengnya.
“Eh iya kah? Aku mendapatkan ini...” Ujar gadis manis itu sambil meraih sesuatu dari tas hitam yang sedari tadi dia emban di atas pangkuhannya. “Aku menemukan ini di perpustakaan lama SMP, tepat di ruang pendataan siswa” Ujar gadis berambut pirang itu sambil menunjukkan sebuah buku.

Nama      : Kuro Bara

Lahir       : 4 maret 1999

Masuk     : 7 juni 2007

Keluar     : 8 mei 2010

“Aku dengar anak ini meninggal karena kecelakaan pesawat pada tanggal 15 januari 2009 bersamaan dengan peristiwa yang merenggut orang tuamu dan dinyatakan keluar dari SMP pada tanggal 8 mei 2010. Jika dia meninggal kenapa di sini tertulis dia keluar pada tanggal 8 mei 2010? Sunggu aneh!” Ujar gadis itu menjelaskan panjang lebar, membuat situasi menegang di meja nomer 4  itu. Mata gadis itu sesekali memandangi Akarui. Kini posisi Akarui yang tadinya duduk tegap berubah agak membungkuk sembari tangan disandari wajahnya. Entah apa yang difikirkannya tampak pria itu sangat risau.

“Kenapa kau ke ruang pendataan SMP? Kau kenal Kuro bara sebelumnya? Kenapa kau begitu penasaran?” Sahut Akarui santai dengan poni yang menutupi pandangannya, sesekali jemari pria ini menunjuk foto bocah yang berlabelkan Kuro Bara di buku yang sekarang bertengger di atas meja pink itu.

“Eh pertanyaanmu banyak sekali, aku ke sana ingin mencari dataku SMP lalu aku temukan ini di locker kelas 7.III tanggal lahirnya sama denganmu jadi aku sangat penasaran dan kemudian salah seorang temanku yang menemaniku memiliki berita kematiannya, ini sangat ganjil bila di pikirkan.” Ujarnya fasih tanpa nada jeda.

“Mungkin dia mati tapi kemudian hidup lagi.” Ujar Akarui dengan senyum menggoda.
“Maksudmu mati suri? Kau masih percaya hal seperti itu?” Sahut gadis blasteran Canada Jepang itu tampak sangat percaya.
“Kau kira aku serius?”

.

.

.

***

“Akarui!” Sahut keras seseorang yang sepertinya berasal dari koridor utara perpustakaan yang sepi itu. Tampak dua pria berambut ala boyband berlari ke arahnya.
“Eh, Nazo-chan! Ame-chan!”
“Ada yang ingin kau tanyakan padaku?” Ujar pria yang tampak lebih pendek dari Akarui itu, tampak tulisan hitam terbacakan AME DOSHABURI bertengger di bajunya. Suaranya sangat dingin dan pelan namun stereo seperti suara setan di tayangan TV.

“Iya, kau suka membaca artikel mistik kan? Apa kau tau tentang mati suri” Tanya Akarui dengan jarinya menunjuk ke arah majalah mistik yang dipegang pria lawan bicaranya itu.
“Rupanya ini yang ingin kau membuatmu siang malam membondong buku-buku gak jelas dari perpus!” ujar pria yang menemani Ame. Pria berlabelkan Ai no Nazo itu tampak menatap Ame tajam seperti penasaran tentang jawaban yang akan dilanturkan Ame setelah ini. Mereka berdua terlihat bosan berdiri selama setengah menit di hadapan Akarui terbukti mereka mengambil tempatnya bersandar. Tampak suasananya menegang.
“Mati suri itu di saat seseorang...”

.

.

.


“Ahhhh..................”


.

Suara teriakan seorang gadis yang terdengar dari arah ruang penyimpanan buku sebelah barat dari tempat mereka berbincang, sontak peristiwa itu membuat mereka bertiga mengakhiri pembicaraan. Dengan sigap mereka bertiga melangkah ke arah suara itu tiba. Sedikit ragu Akarui membuka pintu kaca yang terhias frame besi silver itu, sontak mata mereka bertiga terbelalak melihat sosok gadis yang di kenalnya itu terlentang tak bernyawa di antara buku yang berserakan dengan pisau pemotong es menancap teguh di perutnya, pergelangan tangan kirinya terputus Dan tampak seorang gadis terlihat shock di sebelah kanan jasad itu.
“Amai, apa yang terjadi di sini?” Ujar Nazo penasaran dengan tatapan yang tak beralih pandangan dari gadis yang duduk lemas di sebelah tubuh Kanashimi, teman sekelasnya.



Niji no Kanashimi..

.
To Be Continued


Copyright 2012

0 komentar:

Posting Komentar